Senin, 11 Desember 2023

 Pentingnya Kesadaran Bela Negara bagi Warga Negara Indonesia

Fenomena global tersebut berpengaruh terhadap Negara Kesatuan Republik Indo­nesia (NKRI) yang memiliki karakteristik berupa rangkaian kepulauan nusantara de­ngan wilayah perairan, daratan dan udara yang terbentang sangat luas. Dari sisi perta­hanan dan keamanan, perkembangan ter­sebut terimplikasi terhadap perubahan dan situasi keamanan yang sifatnya strategis ter­hadap NKRI, sehingga memerlukan bentuk pertahanan negara yang efektif dan berdaya tangkal tinggi. Salah salu solusi jangka panjang menjaga keutuhan. kedaulatan dan keselamatan sege­nap bangsa, setiap negara membutuhkan fundamental ekonomi, budaya. dan perta­hanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa fundamental ketahanan na­sional yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk itu solusinya adalah pembinaan kesadaran bela negara. Patut disadari sepenuhnya bahwa kesadaran bela negara bukanlah sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri setiap warga negara. Diperlukan upaya-upaya sadar dan terencana secara matang untuk menanamkan dalam diri warga negara.

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing terhadap kedaulatan bangsa. Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha untuk menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan kesadaran dalam proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

Pendidikan Bela Negara dimaksudkan sebagai cara untuk memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya pembelaan negara, dengan menumbuhkan kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara, serta memberikan kemampuan awal bela negara, baik psikis maupun fisik. amun demikian kesadaran bela negara bukanlah sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri para warga negara. Diperlukan upaya-upaya sadar dan terencana secara matang untuk menanamkan dalam diri para warga landasan dan nilai-nilai bela negara sebagai berikut:

1. Nilai Cinta Tanah Air

Cinta tanah air adalah perasaan cinta terhadap bangsa dan negara. Karena cinta terhadap tanah air maka dengan sepenuh hati rela berkorban untuk membela bangsa dan negara dari setiap ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Pada hakikatnya cinta tanah air adalah kebanggaan menjadi bagian dari tanah air dan bangsa yang pada ujungnya ingin berbuat sesuatu untuk mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Untuk memahami pentingnya mewujudkan cinta tanah air, dapat kita wujudkan setiap hari dengan bagaimana sikap kita dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan pantang menyerah, peduli dan saling membantu antara umat. Itu merupakan cerminan cinta tanah air.

2. Sadar Berbangsa dan Bernegara

Kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dengan dilandasi suasana hati yang ikhlas/rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang pada umunya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya. Berbangsa dan bernegara merupakan suatu konsep atau istilah yang seorang individu terikat dan atau menjadi satu bagian dari suatu bangsa (nation) dan negara (state). Jadi kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan bangsa dan negara Indonesia.

3. Yakin akan Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dan berorientasi pada tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya kehidupan politik, hukum, pertahanan keamanan, ekonomi, sosial-budaya serta bidang keagamaan / kepercayaan. Jadi Pancasila sebagai ideologi negara, adalah ideologi yang bersumber dari seluruh nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara adalah nilai-nilai Pancasila menjadi sumber inspirasi dan cita-cita hidup bangsa Indonesia. Pancasila menjadi pedoman hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai dasar negara adalah nilai-nilai Pancasila merupakan suatu dasar nilai untuk mengatur pemerintahan negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara merupakan sumber semangat bagi para penyelenggara negara dan para pelaksana pemerintahan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya agar tetap diliputi dan diarahkan pada azas kerokhanian negara seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika masyarakat.

Pancasila sebagai konsep, gagasan atau himpunan dan ide-ide sesungguhnya telah teruji, baik dalam kajian ilmiah apalagi dalam menghadapi ujian dan ancaman yang secara fisik ingin merubah Pancasila sebagai ideologi negara. Setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, telah terjadi beberapa peristiwa yang sadar atau tidak ingin merubah ideologi Pancasila. Antara lain pemberontakan PKI Madiun pada 1948, pemberontakan DI/TII, pemberontakan PRRI/Permesta, pemberontakan G.30.S/PKI. Namun kesemuanya itu dapat ditumpas oleh bangsa Indonesia yang tetap mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. Kita tidak berlebihan bila mengatakan bahwa Pancasila terbukti sakti dalam menghadapi berbagai ujian dan gangguan. Pancasila sejak lama telah terbukti sakti, sakti dalam arti bukan mistik atau klenik, namun sakti dalam arti ketika diserang dari berbagai penjuru, dari berbagai paham selalu dapat mempertahankan keberadaannya sebagai ideologi negara, sebagai dasar negara.

Keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara, sebagai salah satu nilai dari kesadaran bela negara harus ditanamkan kepada setiap warga negara. Pemahamaman Pancasila sebagai ideologi negara serta bukti nyata akan kesaktian Pancasila dalam perjalanan sejarah bangsa harus tertanam dalam sanubari setiap warga negara yang memiliki hak dan kewajiban dalam upaya bela negara.

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara Indonesia

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme berasal kata patriot dan isme yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan. Pengorbanan ini dapat berupa harta benda atau jiwa raga. Patriotisme pada dasarnya berkaitan erat dengan nasionalisme. Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara potensial maupun aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan jatidiri, integritas, kemakmuran dan kekuatan suatu bangsa. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa keduanya sama-sana berorientasi pada kecintaan pada bangsa dan negara. Karena itu patriotisme sering disinonimkan dengan nasionalisme.

Rela berkorban demi bangsa dan negara yaitu dengan rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta-benda untuk kepentingan umum. Atau dengan pengertian lain adalah pengabdian tanpa pamrih yang diberikan oleh warga negara terhadap tanah tumpah darah dengan penuh kesadaran, keikhlasan dan tanggung jawab untuk mempertahankan kelangsungan kejayaan bangsa dan negara Republik Indonesia.

5. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara

Nilai bela negara terakhir adalah memiliki kemampuan awal bela negara secara psikis maupun fisik. Secara psikis, yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual dan intelegensia (EQ, SQ, IQ), senantiasa memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifatsifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji. Dan tidak kalah pentingnya secara psikis adalah mentaati semua peraturan perundangan. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan yang prima, ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bela negara secara psikis dengan gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan. Potensi atau kemampuan awal bela negara secara psikis maupun fisik dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Sebagai contoh kecerdasan emosional (EQ) dilatih atau dibiasakan dengan pengendalian diri, bersikap sopan santun, rendah hati.

Kecerdasan spiritual (SQ) ditingkatkan dengan senantiasa rajin melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing. Kecerdasan intelegensia (IQ) dikembangkan dengan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan. Kemampuan awal bela negara secara fisik dapat dikembangkan dengan menjaga kesehatan agar tetap prima dengan jalan menjaga asupan makanan yang bergizi (empat sehat lima sempurna), mempertahankan kesamaptaan jasmani dengan olahraga.

Rabu, 15 Januari 2020

Bagaimana pendapatmu tentang Nasionalisme yang ideal bagi Bangsa Indonesia di masa sekarang?

Bagaimana Pendapatmu Tentang Nasionalisme yang Ideal Bagi Bangsa Indonesia di Masa Sekarang? 

            Menuju 75 tahun Indonesia Merdeka,kobaran semangat Nasionalisme penduduknya seakan-akan tidak pernah padam.Bagaimana tidak?Dengan melihat sejarah negeri ini  tidak pernah lepas dari Nasionalisme bahkan Kedaulatan Negara yang sampai kini berdiri kokoh merupakan bentuk nyata dari adanya Nasionalisme yang ada di Indonesia.Kita sebagai generasi muda tentunya harus mewarisi sifat Nasionalisme yang sudah diwariskan oleh generasi terdahulu,tapi apakah nasionalisme di masa sekarang ini ideal bagi Bangsa Indonesia? Mari kita simak pembahasan di bawah ini! 

Apa itu Nasionalisme? 

          Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.

Bagaimana Nasionalisme Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa?

1. Kebangkitan Nasional 1908 
Berdasarkan sejarah, gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia gelombang pertama diawali oleh pendirian Budi Utomo di tahun 1908. Dimotori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, yakni sekolah anak para priyayi Jawa yang disediakan Belanda di Jakarta.
Saat itu, para pemuda yang terdiri dari mahasiswa kedokteran di Stovia merasa muak dengan para penjajah. Mereka membuat organisasi pelayanan kesehatan kepada rakyat yang menderita. 
2. Sumpah Pemuda 1928
Gerakan Sumpah Pemuda adalah nasionalisme gelombang kedua. Gerakan tersebut merupakan wujud kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan bahasa ke dalam satu negara. Sumpah Pemuda tidak terlepas dari peran mahasiswa, seperti Soepomo, Hatta dan Sutan Syahrir.
3. Kemerdekaan 1945 
Pada nasionalisme gelombang ketiga ini, peran nyata para pemuda yang menyandera Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera mem-proklamirkan kemerdekaan Indonesia. Hanya 17 tahun sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan.
 
Cita-cita mengisi kemerdekaan yang sudah banyak didiskusikan oleh Soekarno, Hatta, Soepomo dan Syahrir, sejak mereka masih berstatus mahasiswa, harus mengalami pembelokan implementasi di lapangan, karena Soekarno yang semakin otoriter dan keras kepala dengan cita-cita dan cara yang diyakininya.

4. Lahirnya Orde Baru 1966 
Nasionalisme gelombang keempat yaitu lahirnya Orde Baru pada 1966, yang dimotori oleh gerakan mahasiswa dan organisasi sosial lainnya.
Tepat 20 tahun setelah kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan G30S/PKI. Tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan saat itu, Soeharto dan para tentara tidak mungkin bisa ‘merebut’ kekuasaan dari penguasa orde-lama Soekarno.
5. Lahirnya Orde Reformasi 1998

Nasionalisme gelombang kelima yaitu lahirnya Orde Reformasi 1998 yang tidak terlepas dari gerakan mahasiswa yang menentang rezim orde baru. Pada era reformasi, nasionalisme memperoleh banyak tantangannya baik yang bersifat global maupun lokal.Gelombang krismon yang melanda Asia Tenggara, dimanfaatkan dengan baik oleh para mahasiswa dan pemuda, yang sudah termarjinalkan lewat laras ABRI, begitu muak melihat kenyataan bangunan RI. Para pemuda, akhirnya berhasil menjatuhkan Soeharto. Tapi sayang, hingga saat ini reformasi yang pernah disebut sebagai alamat bagi Indonesia maju, nampak sumir.Sepanjang tahun 2004-2007, Indonesia oleh banyak kalangan disebut telah mengalami gelombang Nasionalisme yang ke enam. Nasionalisme yang perlu diwujudkan pada gelombang itu bukanlah nasionalisme pada gelombang-gelombang sebelumnya, melainkan nasionalisme yang humanis dan dapat menjadi rekan sejawat demokrasi

Lantas Bagaimana dengan Nasionalisme Indonesia saat ini?  

Soekarno pernah bilang bahwa perjuangan kita lebih berat karena kita melawan bangsa sendiri. kita melawan diri kita sendiri.
Di masa sekarang, terkadang kita sulit membedakan mana yang termasuk nasionalisme dan mana yang bukan. Apakah orang yang melakukan upacara bendera lebih nasionalisme dibanding mereka yang tidak? Apakah nasionalisme itu soal mengenakan seragam rapi? Baju putih dan celana merah. Baju putih dan celana biru. Baju putih dan celana panjang abu-abu
 Bagaimana cara kita mengukur nasionalisme di era sekarang? Apalagi, saat ini, nasionalisme sering dikaitkan dengan kebudayaan. Orang yang lebih sering mengenakan pakaian adat seringkali dianggap berjiwa nasionalisme. Tapi, apakah mereka yang tidak menggunakannya lantas dianggap tidak punya jiwa nasionalisme? Apakah Douwes Dekker lebih tidak nasionalisme dibanding Cipto Mangunkusumo karena dia keturunan Belanda?
Satu hal yang perlu kita pahami adalah, mengutip MK Ridwan dari geotimes, kebudayaan adalah urusan ascribed (sosiologi). Biasanya terikat pada atribut seseorang. Di sisi lain, nasionalisme adalah achieved (tuntutan politik). Biasanya, keterlibatan dalam nasionalisme, mau tidak mau, akan mengorbankan kebudayaan. Contoh: Bahasa Indonesia. Sebagaimana yang kita tahu, bahasa nasional kita adalah bahasa Indonesia. Dan, ya, mau tidak mau, hal itu akan “mengorbankan” bahasa-bahasa daerah yang biasa kita pakai. Tapi, bukan berarti nasionalisme itu hal yang buruk. Tujuannya tetap untuk mempersatukan kita sebagai sebuah bangsa yang sama.
Supaya kita tidak terjebak dalam perkara “siapa yang punya jiwa nasionalisme” ini, kayaknya, kita harus kembali pada arti nasionalisme itu sendiri: paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan.
Kata yang seharusnya kita ambil dari pengertian itu adalah cinta. Dan, sama kayak ke orang lain, cinta itu adanya di dalam hati. Bisa jadi rasa cinta itu berubah menjadi pengabdian seperti Butet Manurung yang mengajar Suku Anak Dalam di Jambi demi pendidikan Indonesia. Atau Muslimah Hafsari di Belitung yang menjadi pengajar yang digambarkan dalam film Laskar Pelangi.
Tetapi, bukan tidak mungkin rasa cinta itu berubah menjadi hal-hal lain; musikus yang berkancah di internasional, atlet e-sport yang mengharumkan nama bangsa, polisi yang mengatur jalan, politisi yang memperbaiki kebijakan, pemain bola, pebulutangkis, penulis yang menyebarkan kebaikan, atau warga biasa yang selalu tertib pada peraturan.
Karena meskipun nasionalisme sekarang dan dulu terkesan berbeda, tapi ada satu poin yang tidak bisa hilang: cinta pada tanah air.
Dan mereka yang lebih cinta, tidak akan lebih banyak minta 

Kamis, 13 September 2018

Resensi Buku H.O.S Tjokroaminoto

Resensi Buku H.O.S Tjokroaminoto


  • Judul Buku           : H.O.S Tjokroaminoto 
  • Penggarang          : Drs. Anhar Gonggong
  • Penerbit                : Departemen Pendidikan dan Kebudaayan Jakarta 
  • Tahun Terbit         : Tahun 1986
  • Tebal Buku           : 114 halam 
  • Sinopsis Buku      : Sebagian besar buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang H.O.S Tjokroaminoto.Sedari beliau kecil sampai besar hingga beliau terjun menjadi tokoh pergerakan nasional Indonesia.Buku ini juga mengemukakan bagaimana perjuangan dan sepak terjun serta pendapat yang beliau sampaikan semasa terjun di dunia pergerakan Nasional Indonesia.
  • Isi Buku                : Buku ini berisi tentang pengalan kisah dari H.O.S Tjokroaminoto semasa hidupnya.H.O.S Tjokroaminoto memiliki nama asli Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto.  Beliau lahir di MadiunJawa Timur16 Agustus 1882.Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo.Bergelar De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota" oleh Belanda, Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di Indonesia. Berangkat dari pemikirannya pula yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya. Ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. Setelah ia meninggal, lahirlah warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin. Soekarno yang nasionalis, dan S.M Kartosuwiryo yang Islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai Komunis Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso. Dengan terpaksa Presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang", sapaan akrab Soekarno kepada Muso, pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati pada 31 Oktober 1948. dilanjutkan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya S.M Kartosuwiryo pada 12 September 1962. Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua.
    Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, MusoAliminS.M KartosuwiryoDarsono, dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.
    Tjokro meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.
  • Kelebihan  Buku         : Buku ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu : 
  1. a.Sistem Pembahasan yang runtun dan terperinci                                                            b.Penjelasan yang diberikan mudah dipahami                                                                c.Sistematis susunan buku sangat baik
  • Kelemahan Buku        : Disamping kelebihan buku ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut :  
a.Sampul dari buku ini sendiri kurang menarik                                                               
b.Sampul terlalu tipis dan cenderung mudah sobek
c.Bahasa yang berat dan kurang mudah dipahami
d.Tidak dilengkapi dengan dokumentasi dan ilustrasi
e.Terdapat banyak kata yang cenderung kurang efektif
  • Kesimpulan              : Dengan menyampungkan segala kekurangan yang ada pada buku ini.Buku ini tetap menjadi rekomendasi yang sanggat layak untuk dibaca oleh seluruh kalangan pembaca,baik dari segi pelajar maupun pengajar,yang ingin mengetahui tentang serba serbi dari Tokoh Pergerakan Nasional Indonesia yang sanggat menakjubkan yakni H.O.S Tjkroaminoto.